Gedung Srimanganti, di belakang adalah
Gedong Nagara ( foto http://asep-bandung.blogspot.com/2010/06/museum-prabu-geusan-ulun.html )
----------------
Berdirinya Museum Prabu Geusan Ulun
Peninggalan
benda-benda bersejarah dan barang-barang pusaka Leluhur Sumedang, sejak
Raja-raja Kerajaan Sumedang Larang dan Bupati-bupati yang memerintah Kabupaten
Sumedang dahulu, merupakan koleksi yang membanggakan dan besar
artinya bagi kita semua, terlebih bagi keluarga Sumedang. Kumpulan benda-benda tersebut disimpan di Yayasan Pangeran Sumedang sejak tahun 1955. Timbullah suatu gagasan, ingin memperlihatkan kepada masyarakat Sumedang khususnya dan masyarakat di luar Sumedang pada umumnya, bahwa di Sumedang dahulu terdapat kerajaan besar yaitu Kerajaan Sumedang Larang, dengan melihat benda-benda peninggalan Raja-raja tersebut dan sebagainya.
artinya bagi kita semua, terlebih bagi keluarga Sumedang. Kumpulan benda-benda tersebut disimpan di Yayasan Pangeran Sumedang sejak tahun 1955. Timbullah suatu gagasan, ingin memperlihatkan kepada masyarakat Sumedang khususnya dan masyarakat di luar Sumedang pada umumnya, bahwa di Sumedang dahulu terdapat kerajaan besar yaitu Kerajaan Sumedang Larang, dengan melihat benda-benda peninggalan Raja-raja tersebut dan sebagainya.
Gagasan
tersebut ditanggapi dengan penuh keyakinan oleh keluarga, maka direncanakan
membuat museum. Setelah diadakan persiapan-persiapan yang matang dan terencana,
lima tahun setelah tahun 1968 baru terlaksana, tepatnya tanggal 11 Nopember
1973 Museum Keluarga berdiri. Museum
tersebut diberi nama Museum Yayasan Pangeran Sumedang, dan dikelola langsung
oleh Yayasan Pangeran Sumedang. Pada tahun 1974, di Sumedang diadakan Seminar
Sejarah oleh ahli-ahli sejarah se-Jawa Barat dan diikuti ahli sejarah dari
Yayasan Pangeran Sumedang, dalam seminar tersebut dibahas nama museum Sumedang.
Diusulkan nama museum adalah seorang tokoh dalam Sejarah Sumedang, ternyata
yang disepakati nama Raja Sumedang Larang terakhir yang memerintah Kerajaan
Sumedang Larang dari tahun 1578 - 1601, yaitu Prabu Geusan Oeloen. Kemudian
nama museum menjadi Museum Prabu Geusan Ulun dengan ejaan baru untuk memudahkan
generasi baru membacanya. Gedung
yang dipergunakan untuk museum yaitu Gedung Srimanganti, Bumi Kaler, Gedung
Gendeng dan Gedung Gamelan. Pada tahun 1980, Pemerintah melalui Dinas Jawatan
Permuseuman dan Kepurbakalaan Kebudayaan Jawa Barat, mengulurkan tangan dan
memugar Gedung Srimanganti dan Bumi Kaler.
Gedung Gendeng didirikan 1850, dahulu
tempat penyimpanan pusaka ( foto http://asep-bandung.blogspot.com/2010/06/museum-prabu-geusan-ulun.html )
------------------------------------
Pada
hari Rabu tanggal 21 April 1982, Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. DR. Haryati Soebadio, meresmikan dan
menyerahkan kedua bangunan yang selesai dipugar kepada Yayasan Pangeran
Sumedang dan bernaung di bawah Momenten Ordonnatie Nomor 19 Tahun 1931
(Staatsblad Tahun 1931 Nomor 238).
Letak Museum Prabu Geusan Ulun
Museum
Prabu Geusan Ulun terletak di tengah kota Sumedang, 50 meter dari Alun-alun ke
sebelah selatan, berdampingan dengan Gedung Bengkok atau Gedung Negara dan
berhadapan dengan Gedung-gedung Pemerintah. Jarak dari Bandung 45 kilometer,
sedangkan jarak dari Cirebon 85 kilometer, jarak tempuh dari Bandung 1 jam,
sedangkan dari Cirebon 2 jam.
Museum Prabu Geusan Ulun
Museum
Prabu Geusan Ulun dikelilingi tembok/dinding yang tingginya 2,5 meter, dibuat
pada tanggal 16 Agustus 1797. Luas
halaman Museum seluas 1,88 ha, dengan dihiasi taman-taman dan ditanami
pohon-pohon langka.
Gedung
yang berada di sekitarnya terdiri dari:
Srimanganti
Didirikan
pada tahun 1706, masa pemerintahan Dalem Adipati Tanumaja dari tahun 1706 -
1709.
Pendirian
gedung tersebut direncanakan oleh Pangeran Panembahan yang memerintah dari
tahun 1656 - 1706, yang pernah diserbu oleh laskar-laskar Cilikwidara cs dari
pasukan gabungan Banten.
Sejak
selesai dibangun, maka pemerintahan pindah ke daerah baru yang disebut Regol.
Sejak
itu Srimanganti dijadikan gedung tempat tinggal dan kantor oleh para bupati
tempo dulu. Sedangkan untuk keluarga dibangun Bumi Kaler.
Gedung Bengkok / Gedung Negara
Didirikan
pada tahun 1850, masa pemerintahan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata (Pangeran
Soegih) dari tahun 1836 - 1882. Gedung tersebut didirikan di atas tanah beliau
untuk keperluan upacara-upacara resmi, peristirahatan bagi tamu-tamu dari
Jakarta jika berkunjung ke Sumedang.
Halaman
Gedung Bengkok cukup luas, di depan dibuat taman-taman dan ditanami dengan
pelbagai buah-buahan. Di bagian barat didirikan Panggung Gamelan untuk
menyimpan gamelan-gamelan kuno. Di bagian belakang sebelah barat, sekarang SMP
Negeri 2 Sumedang memajang istal kuda dan tempat menyimpan kereta-kereta,
diantaranya Kereta Naga Paksi. Sedangkan di belakang gedung dibuat kolam yang
besar disebut Empang, yang kedalamannya setinggi bambu dan berbentuk kerucut.
Empang
Di
tepi Empang, dibangun Bale Kambang, tempat istirahat bagi keluarga para Bupati
dan Tamu-tamu Agung, sambil memancing ikan dengan dihibur Gamelan Buhun atau
Degung.
Masa
pemerintahan Pangeran Aria Soeria Atmadja dari tahun 1882 - 1919, ikan yang ada
di Empang diganti dengan Ikan Kancra, sehingga merupakan peternakan ikan Kancra
yang beratnya bisa mencapai 10 atau 15 kilogram. Ikan
Kancra tersebut diambil setiap bulan Mulud, untuk keperluan pesta Maulid Nabi
Muhammad SAW yang dibagikan kepada fakir miskin dan sebagainya.
Bumi Kaler
-------------------------------
Didirikan
tahun 1850, masa pemerintahan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata (Pangeran
Soegih) dari tahun 1836 - 1882.
Berhadapan
dengan Bumi Kidul, sayangnya pada masa pemerintahan Pangeran Aria Soeria
Atmadja (Pangeran Mekkah) Bumi Kidul dibongkar karena lapuk dimakan umur.
Bumi
Kaler dibuat keseluruhan dari kayu jati, dan di atas tiang bentuknya khas rumah
orang Sunda.
Dengan
ruangan-ruangan dan kamar-kamar yang luas, sedangkan jendela dan pintu-pintunya
tinggi-tinggi.
Gedung Yayasan Pangeran Sumedang
Didirikan
tahun 1955, Yayasan Pangeran Sumedang yang mengelola seluruh Wakaf Pangeran
Aria Soeria Atmadja dan Museum Prabu Geusan Ulun juga makam-makam seperti :
Makam
Gunung Puyuh
Makam
Gunung Ciung Pasaran Gede
Makam
Gunung Lingga
Makam
Dayeuh Luhur
Makam
Manangga
Makam
Panday
Makam
Sunan Pada - Karedok
Makam
Nyai Mas Gedeng Waru - Cigobang
Makam
Prabu Gajah Agung - Cicanting, Kampung Sukamenak, Kecamatan Darmaraja
Makam
Prabu Lembu Agung - Cipaku, Kecamatan Darmaraja
Gedung
Gendeng
Didirikan
tahun 1850 dan dipugar tahun 1950. Gedung tersebut aslinya dibuat dari :
Lantai
merah
Dinding
bilik
Tiang
kayu jati
Atap
genting
Tempat
menyimpan barang-barang pusaka, senjata-senjata dan gamelan kuno.
Gedung Gamelan
Didirikan
tahun 1973 oleh Pemerintah Daerah Sumedang atas sumbangan dari Gubernur Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, Bapak H. Ali Sadikin.
Gedung
tersebut diperuntukkan tempat menyimpan gamelan-gamelan dan tempat berlatih
tari-tarian.
Lumbung Padi
Semula
Lumbung Padi terletak di luar benteng di tepi Empang, demi keamanan kemudian
dipindahkan ke dalam komplek di dalam benteng.
Lumbung
tersebut dipergunakan tempat menyimpan padi hasil dari sawah-sawah wakaf
Pangeran Aria Soeria Atmadja
Padi
tersebut dipergunakan untuk menyumbang wargi-wargi yang tidak mampu, sampai
sekarang tercatat sejumlah 180 keluarga yang disumbang, besarnya hampir 12 ton
per bulan.
Dan
keperluan pemeliharaan pusaka-pusaka, wakaf dan pelestarian seluruh wakaf
Pangeran Aria Soeria Atmadja.
Referensi
Brosur
Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang, Cetakan ke-2 1989, R.M. Abdullah
Kartadibrata, Yayasan Pangeran Sumedang, Museum Prabu Geusan Ulun.
Pranala
luar
(Indonesia)
Undang Undang Republik Indonesia - Nomor 5 Tahun 1992 - Cagar Budaya
(
sumber, Wikipedia )