Masjid
Baiturrahim (difoto pada tahun 1929).
--------------------------------
Masjid
Baiturrahim adalah salah satu masjid bersejarah di provinsi Aceh, Indonesia.
Masjid yang berlokasi di Ulee Lheue, kecamatan Meuraksa, Banda Aceh ini
merupakan peninggalan Sultan Aceh pada abad
ke-17. Masa itu masjid tersebut
bernama Masjid Jami’ Ulee Lheu. Pada 1873 ketika Masjid Raya Baiturrahman
dibakar Belanda, semua jamaah masjid terpaksa melakukan salat Jumat di Ulee
Lheue. Dan sejak saat itu namanya menjadi Masjid Baiturrahim.[1]
Sejak
berdirinya hingga sekarang masjid ini sudah mengalami beberapa kali renovasi.
Awalnya masjid dibangun dengan rekonstruksi seutuhnya terbuat dari kayu, dengan
bentuk sederhana dan letaknya berada di samping lokasi masjid yang sekarang.
Karena terbuat dari kayu, bangunan masjid tidak bertahan lama karena lapuk
sehingga harus dirobohkan. Pada 1922 masjid dibangun dengan material permanen
oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan gaya arsitektur Eropa. Namun masjid ini
tidak menggunakan material besi atau tulang penyangga melainkan hanya susunan
batu bata dan semen saja.[1]
Berdasarkan
catatan sejarah, pada tahun 1983 Banda Aceh pernah diguncang gempa dahsyat dan
meruntuhkan kubah masjid. Setelah itu masyarakat membangun kembali masjid namun
tidak lagi memasang kubah, hanya atap biasa. Sepuluh tahun kemudian,
dilakukanlah renovasi besar-besaran terhadap bangunan masjid, hanya dengan
menyisakan bangunan asli di bagian depan pascagempa 1983. Selebihnya 60 persen
merupakan bangunan baru. Sampai sekarang bangunan asli masjid masih terlihat
kokoh di bagian depannya.[1]
Pada
26 Desember 2004, gempa bumi yang disusul terjangan tsunami meratakan seluruh
bangunan di sekitar masjid dan satu-satunya bangunan yang tersisa dan selamat
adalah Masjid Baiturrahim.[2] Kondisi masjid yang terbuat dari batu bata
tersebut hanya rusak sekitar dua puluh persen saja sehingga masyarakat Aceh
sangat mengagumi masjid ini sebagai simbol kebesaran Tuhan.[1]