Masjid
Azizi pada tahun 1921
-----------------------
Masjid
Azizi adalah masjid peninggalan Kesultanan Langkat yang berada di kota Tanjung
Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang merupakan ibukota kesultanan
Langkat di masa lalu. Masjid ini terletak di
tepi jalan lintas Sumatera yang
menghubungkan Medan dengan Banda Aceh. Mulai dibangun oleh Sultan Langkat Haji
Musa pada tahun 1899, selesai dan diresmikan oleh putra beliau, Sultan Abdul
Aziz Djalil Rachmat Syah pada tanggal 13 Juni 1902M. Keindahan Masjid Azizi ini
kemudian dijadikan rujukan pembangunan Masjid Zahir di Kedah, Malaysia, hingga
kedua masjid tersebut memiliki kemiripan satu dengan yang lain.
Sejarah
Masjid Azizi Langkat
Masjid
Azizi berdiri di atas tanah seluas 18.000 meter persegi, Masjid Azizi dibangun
atas anjuran Syekh Abdul Wahab Babussalam pada masa pemerintahan Sultan Musa
al-Muazzamsyah. Mulai dibangun pada tahun 1320 H (1899M) atau setidaknya 149
tahun sejak Langkat resmi berdiri sebagai Kesultanan, namun Sultan Musa wafat
sebelum pembangunan masjid selesari dilaksanakan. Pembangunan diteruskan oleh
putranya yang bergelar Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmat Syah (1897-1927) Sultan
Langkat ke-7.[1]
Tampilan
depan Masjid Azizi
-------------------------
Rancangan
masjid ditangani oleh seorang arsitek berkebangsaan Jerman, para pekerjanya
banyak dari etnis Tionghoa dan masyarakat Langkat sendiri. Sedangkan bahan
bangunan didatangkan dari Penang Malaysia dan Singapura dengan menggunakan
kapal ke Tanjungpura. Pada masa itu sungai Batang Serangan masih berfungsi baik
dan kapal-kapal dengan tonase 600 ton dapat melayarinya. Masjid Azizi
diresmikan sendiri oleh Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmat Syah bertepatan dengan
peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw dan peringatan perubahan Kerajaan menjadi
kesultanan Langkat pada tanggal 12 Rabiul Awal 1320H (13 Juni 1902 M)
menghabiskan dana sekitar 200,000 Ringgit, dan dinamai masjid Azizi sesuai
dengan nama Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmat Syah.
Arsitektural
Masjid
Azizi bercorak campuran Timur Tengah dan India dengan banyak kubah dengan daya
tampung sekitar 2000 jemaah sekaligus. Bangunan induk berukuran 25 × 25 m dan
tinggi ± 30 m. Ketiga sisi Masjid dilengkapi dengan serambi masing masing di
sisi timur, utara dan selatan, masing masing serambi ini berhubungan langsung
dengan koridor di tiga sisi masjid dan langsung menuju ke pintu masuk. Tiang
serambi yang berdiri di sisi kiri dan kanannya berbentuk persegi delapan mirip
menara dalam ukuran kecil dengan bagian ujungnya berbentuk kuncup bunga.
Serambi dan teras masjid dilengkapi dengan pilar pilar dan lengkungan khas
timur tengah dihias dengan kaligrafi, bentuk bentuk geometris dan ukiran
floral. [2]
Ruang
utama masjid dindingnya empat persegi panjang berukuran 20 × 20 m. Lantai ruang
utama tadinya berlapis keramik tapi kini diganti dengan marmer, sisanya lantai
keramiknya masih dapat dilihat di bagian tengah lantai ruang utama. Bagian
dinding luar ruang utama dihiasi dengan kaligrafi al-Qur'an, hiasan geometris,
dan floraral. Dinding bagian dalam ruang utama penuh dengan hiasan, sisi
bawahnya dilapisi marmer, sedangkan sisi atasnya dihiasi kaligrafi al-Qur'an,
bentuk geometris dan floral. Mihrab dan mimbar masjid Azizi terbuat dari marmer.
Menara
masjid terletak di timur laut masjid dengan tinggi sekitar 60 meter. Bagian
bawah menara dilengkapi sebuah pintu. Bagian kedua dihiasi dengan sebuah
jendela lengkung pada setiap sisinya. Bagian atapnya berbentuk kubah dengan
bulan di puncaknya. Secara keseluruhan arsitektural masjid Azizi ini memiliki
beberapa kemiripan dengan masjid raya Al Mashun dan masjid Al Osmani di Medan,
terutama pada rancang bangun kubahnya yang khas.
Festival
Azizi
Setiap
tahunnya diadakan Festival Azizi di masjid ini. Kegiatannya beragam, mulai dari
lomba barzanzi, azan, marhaban, dan baca puisi. Festival tersebut
diselenggarakan untuk memperingati wafatnya Tuan Guru Besilam Babussalam Syeikh
Abdul Wahab Rokan, yang dikenal sebagai ulama penyebar Tariqat Naqsabandiah.
Pengikutnya menyebar hingga ke Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, dan
negara-negara Asia Tenggara. Festival bernuansa Islami itu sebenarnya tidak ada
hubungannya dengan Masjid Azizi dan sejarahnya. Hanya karena bertempat di
Masjid Azizi, maka disebut Festival Azizi.